Selasa, 21 April 2020

TTS Biologi : Sistem Koordinasi🙆

Assalamu'alaikum temen-temen👋.
Musim lockdown gini, pasti kalian pada bosen kan? nahh daripada bosen, terus ngerjain hal yang kurang bermanfaat, mending isi TTS aja yukk. TTS ini bertema "Sistem Koordinasi". Yupp,seperti biasanyaa ini adalah tantangan dari guru biologi kami, Umi Desy Lestari (http://desylestarialamku.blogspot.com/2017/04/blog-post.html). Langsung isi aja yukk. Kalian bisa kirim jawabannya lewat email atau whatsapp yang ada di bawah TTS ini. Hadiah? tenang ajaa ada hadiahnya kok, buat anak arrahman nanti yaa pas cekin :p. Buat anak luar arrahman, kalo ketemu aja yaa hehe. Tapi, harus bener semuaa jawabannya🐥. Untuk 5 orang yang beruntung :v


Kalian bisa kirim jawabannya via:
Whatsapp: 088808305959
🙆💁🐥

🤦Oh iyaa, Alhamdulillah Ramadhan telah didepan mata. Mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya dari lubuk hati atas segala khilaf dan keliru selama ini. Semoga Allah menjadikan kita hamba yang bertaqwa. Aamiin Ya Robbal 'Alamin.
Syahra & Keluarga👨‍👩‍👧‍👦

Syukron guys🙆🙋. Ditunggu yaa jawabannya. 
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh👋.

Senin, 13 April 2020

KEPALA BESAR?! CAIRAN DI DALAM OTAK?! PENYAKIT APA ITU?🙇

 WELCOME BACK!!

Sebuah Review untuk Memenuhi Penugasan Mata Pelajaran Biologi pada Semester Genap 📓
 
Name: Syahra Alifia
Class: XI IPA 2
School: SMAS UNGGULAN AR_RAHMAN (http://sma.ar-rahman.sch.id/  )

Assalamu'alaikum temen-temen👋. Di kesempatan kali ini, saya ingin membahas tentang penyakit kepala besar. "penyakit apa tuh?"👀. Sebelumnya, sudah ada yang tahu belum nih tentang penyakit ini?. Kalau sudah, kita murojaah lagi yuk. Tapi, kalau belum, mari kita simak pembahasannya.


Jadi, penyakit ini punya nama keren lohh. "namanya apa hayo..ada yang tahu?" Nahh, nama kerennya adalah hidrosefalus. "apasih hidrosefalus itu?."🔍

👌 DEFINISI
        Hidrosefalus adalah penumpukan cairan di rongga otak, sehingga meningkatkan tekanan pada otak. Pada bayi dan anak-anak, hidrosefalus membuat ukuran kepala membesar. Sedangkan pada orang dewasa, kondisi ini bisa menimbulkan sakit kepala hebat.
Cairan otak diproduksi oleh otak secara terus menerus, dan diserap oleh pembuluh darah. Fungsinya sangat penting, antara lain melindungi otak dari cedera, menjaga tekanan pada otak, dan membuang limbah sisa metabolisme dari otak. Hidrosefalus terjadi ketika produksi dan penyerapan cairan otak tidak seimbang. Hidrosefalus dapat dialami oleh siapa saja, tetapi lebih sering dialami oleh bayi dan orang-orang yang berusia 60 tahun ke atas.

 

👱 PENYEBAB HIDROSEFALUS
      Hidrosefalus disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan cairan di dalam otak. Akibatnya, cairan di dalam otak terlalu banyak dan membuat tekanan dalam kepala meningkat. Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yang meliputi:
  • Aliran cairan otak yang tersumbat.
  • Produksi cairan otak yang lebih cepat dibanding penyerapannya.
  • Penyakit atau cedera pada otak, yang memengaruhi penyerapan cairan otak.
   Hidrosefalus bisa terjadi pada bayi ketika proses persalinan, atau beberapa saat setelah dilahirkan. Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi kondisi tersebut, di antaranya:
  • Perdarahan di dalam otak akibat kelahiran prematur.
  • Perkembangan otak dan tulang belakang yang tidak normal, sehingga menyumbat aliran cairan otak.
  • Infeksi selama masa kehamilan yang dapat memicu peradangan pada otak janin, misalnya rubella atau sifilis.
   Di samping itu, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko hidrosefalus pada semua usia, yaitu:
  • Tumor di otak dan saraf tulang belakang.
  • Perdarahan di otak akibat cedera kepala atau stroke.
  • Infeksi pada otak dan saraf tulang belakang, misalnya meningitis.
  • Cedera atau benturan pada kepala yang berdampak ke otak.
 
👩 GEJALA HIDROSEFALUS
       Hidrosefalus pada bayi ditandai dengan lingkar kepala yang cepat membesar. Selain itu, akan muncul benjolan yang terasa lunak di ubun-ubun kepala. Selain perubahan ukuran kepala, gejala hidrosefalus yang dapat dialami bayi dengan hidrosefalus adalah:
  • Rewel
  • Mudah mengantuk
  • Tidak mau menyusu
  • Muntah
  • Pertumbuhan terhambat
  • Kejang
Pada anak-anak, dewasa, dan lansia, gejala hidrosefalus yang muncul tergantung pada usia penderita. Gejala-gejala tersebut antara lain:
  • Sakit kepala
  • Penurunan daya ingat dan konsentrasi
  • Mual dan muntah
  • Gangguan penglihatan
  • Gangguan koordinasi tubuh
  • Gangguan keseimbangan
  • Kesulitan menahan buang air kecil
  • Pembesaran kepala
Hidrosefalus yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan gangguan dalam perkembangan fisik dan intelektual anak. Pada orang dewasa, hidrosefalus yang terlambat ditangani dapat menyebabkan gejala menjadi permanen.


👶 PENGOBATAN HIDROSEFALUS
      Hidrosefalus ditangani dengan cara operasi. Tujuannya adalah mengembalikan dan menjaga kadar cairan di dalam otak. Metode operasi yang biasanya diterapkan pada pasien hidrosefalus adalah:

1. Operasi pemasangan shunt

Shunt adalah selang khusus yang dipasang di dalam kepala untuk mengalirkan cairan otak ke bagian lain di tubuh, agar mudah terserap ke dalam aliran darah. Bagian tubuh yang dipilih untuk mengalirkan cairan otak adalah rongga perut. Operasi ini juga disebut dengan nama VP shunt.
Beberapa penderita hidrosefalus bisa memerlukan shunt untuk seumur hidupnya. Oleh karena itu, pemeriksaan rutin perlu dilakukan, guna memastikan shunt tetap bekerja dengan baik.

2. Endoscopic third ventriculostomy (ETV)

ETV dilakukan dengan membuat lubang baru di dalam rongga otak, agar cairan di dalam otak bisa mengalir ke luar. Prosedur ini sering kali diterapkan pada hidrosefalus yang disebabkan oleh penyumbatan di dalam rongga otak.

  
Agar lebih jelas, kalian bisa kunjungi laman ini di youtube Mengenali Gejala, Penyebab, dan Cara Mencegah Hidrosefalus ←

👲 PENCEGAHAN HIDROSEFALUS

   Hidrosefalus merupakan kondisi yang sulit dicegah. Namun, risiko hidrosefalus dapat dihindari dengan beberapa langkah berikut:
  • Lakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin saat hamil.
  • Kenakan sabuk pengaman saat berkendara menggunakan mobil.
  • Gunakan helm saat bersepeda atau mengendarai motor.
💁 KAPAN HARUS KE DOKTER?
     Pemeriksaan medis harus segera dilakukan pada anak-anak dan orang dewasa yang mengalami beberapa gejala di atas. Segera cari pertolongan medis bila bayi menunjukkan sejumlah gejala berikut:
  • Kesulitan saat menyusu atau makan
  • Sering muntah tanpa diketahui sebabnya
  • Menangis dengan suara melengking
  • Berbaring terus dan enggan menggerakkan kepala
  • Sesak napas
  • Kejang
 Nah, itu dia pembahasan mengenai hidrosefalus. Sekarang, saya mau nunjukkin, adek yang tetap survive walaupun terkena penyakit hidrosefalus. Yuk, langsung aja → Perjuangan Si Kecil Nur Hakim (Penderita Hidrosefalus) ←

 Mungkin, hanya itu yang dapat saya tulis. Segala kekurangannya mohon dimaklumi. Sampai jumpa di artikel selanjutnya 👋. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ✋.


Daftar Pustaka
1. "Hidrosefalus". Alodokter.com. 17 Mei 2019. 14 April 2020. < https://www.alodokter.com    /hidrosefalus >
2. "Gejala, Penyebab, dan Cara Mencegah Hidrosefalus". Youtube.com. 9 Desember 2019. 14 April 2020. < https://www.youtube.com/watch?v=jEgZrVAv664 >
3. " Perjuangan si Kecil Nur Hakim (Penderita Hidrosefalus)". Youtube.com. 27 Oktober 2017. 14 April 2020. < https://www.youtube.com/watch?v=Pxr-2IzQkOQ >



Rabu, 08 April 2020

Sedikit Kisah di Pondok (Ver. Covid-19)

Assalamu'alaikum temen-temen. Jadi, disini saya ingin bercerita sedikit tentang tempat saya menuntut ilmu, yaitu Ponpes Ar-Rahman, Sukabumi (http://sma.ar-rahman.sch.id/). Ini merupakan tantangan ke sekian kalinya dari umi Echi, guru biologi kami. Beliau juga punya blog lohh(http://desylestarialamku.blogspot.com/2017/04/blog-post.html?m=1).


Kesan belajar di Ponpes Ar-Rahman tuh banyak. Mungkin beberapa lembar kertas ini tak cukup untuk menuangkan kata kata. Disana, suka duka kita rasakan bersama. Inget banget, dulu paling anti masuk pesantren, bayangan yang mengerikan sering masuk keluar otak. Denger orang tua membicarakannya saja langsung kabur :v. Tapi sekarang nggak nyangka aja sudah hampir 3 tahun menuntut ilmu disana.



Hiruk pikuk perjalanan hidup menjadi santri "Antimainstream" banget. Banyak pengalaman yang saya dapat, dan pastinya tidak akan pernah di dapatkan diluar sana. Disini, kebersamaan antar santri sangat kuat seakan akan sudah menjadi keluarga. 


Ketika ada salah satu santri dijenguk, wali santri pasti membawakan makanan untuk anaknya dan dan teman unitnya. Dari makanan itulah, kebersamaan kami terlihat. Sebenernya banyak sih contohnya, cuma ini salah satunya :v. Saling berebut makanan dan saling berebut siapa yang cuci piring sudah menjadi hal biasa yang menjadikan sebuah kebersamaan menjadi semakin erat. Tidur bersama, saling berbagi cerita, perang bantal, hingga tidur di ruang tengah bersama sebelum check out menghiasi kebersamaan kami sebelum tidur. 


Kami bangga menjadi santri, karena kami bisa merasakan nikmatnya kebersamaan yang tidak bisa didapatkan diluar sana.
Kami bangga, karenanya kami di didik untuk menjadi insan yang islami.

Kami harap, Ponpes Ar-Rahman tetap berdiri walau kami telah mempunyai anak cucu.

Different topic
Kira-kira itu kesan saya selama belajar di Ponpes Ar-rahman. Sekarang kami sedang menjalani semester 4. Namun, akhir akhir ini kami tidak bisa bertemu, semuanya dipulangkan kerumah masing-masing, akibat pandemi covid-19. Sebelum dipulangkan, kami sempat berpelukan, dan saling minta maaf satu sama lain. 


Kami kira, itu hanya memakan waktu dua minggu. Ternyata tidak. Sudah hampir satu bulan kita dipulangkan. Belajar dirumah untuk pengambilan nilai. Hanya aplikasi video call yang bisa menghubungi kami, melihat wajah merekaa.. ah rasanya ingin cepat kembali. Belajar online ini memusingkan. belum lagi jaringan yang tiba-tiba menghilang. Semua ini karena Covid-19.
Astaghfirullah, covid 19 ini yang kita keluhkan hanya sisi negatifnya saja. Ternyata, seorang psikolog, Samuel Paul Vessiere Ph. D menyatakan, setidaknya ada 5 hal positif di tengah tengah wabah ini :
1. Lebih peduli dengan kesehatan
2. Seluruh dunia bekerjasama
3. Manusia saling membantu
4. Kualitas udara membaik
5. Hobi tertunda bisa terlaksana saat isolasi  mandiri
Mulai hari ini, cobalah nikmati dampak positif dari Covid-19,agar kita selalu bersyukur.
Terakhir, saya punya satu puisi untuk Covid-19

Teruntuk Covid-19
Karya: Syahra A.
Kau datang dari China
Kota Wuhan tepatnya
Kala itu kita masih abai
Tidak menyangka bahaya mengintai

Begitu cepat engkau menyebar
Sampai masyarakat pada bubar
Pemerintah tidak segera sadar
Ketakutan masyarakat bagai api membakar

Sekarang, kami telah waspada
Berbagai cara untuk mencegah
Akankah kau masih betah?
Kalau tidak, lebih baik menyerah

Mungkin itu saja yang dapat saya tulis, berbagai kekurangan pasti ada karena tidak ada manusia sempurna. Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Ini adalah beberapa potret kebersamaan di Ar-Rahman

Hotel Horaios

Trip To Yogya

Kelas❣️

XI IPA 2🖐️

Pesta Sains Nasional






Selasa, 07 April 2020

10 Changes in the Brain of Adolescent cause Confusion


Masa remaja adalah masa yang galau, labil ataupun alay. Ada begitu banyak istilah-istilah aneh yang disematkan untuk para remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Di dalam otak dan kepalanya, para remaja ini mengalami beberapa perubahan yang perlu diperhatikan.

Seperti dilansir LiveScience, Rabu (3/10/2012), berikut adalah 10 perubahan yang terjadi pada otak para remaja:

1. Otak Sedang Dalam Tahap Perkembangan
Usia remaja kebanyakan ditentukan pada rentang usia antara 11 - 19 tahun. Masa-masa ini dianggap sebagai masa kritis pembangunan. Ketika melalui masa pertumbuhan ini, ketrampilan kognitif dan kemampuan baru akan muncul.

"Otak terus berubah sepanjang waktu, tetapi ada lompatan besar dalam perkembangannya ketika memasuki masa remaja. orangtua harus memahami bahwa meskipun anaknya tumbuh besar, pada tahap ini remaja masih berada dalam masa perkembangan yang akan mempengaruhi kehidupannya selanjutnya," kata Sara Johnson, asisten profesor di Sekolah Johns Hopkins Bloomberg of Public Health.

2. Otak Mulai Mekar
Pada bayi, otak mengalami pertumbuhan koneksi yang amat besar. Namun ketika memasuki usia 3 tahun, beberapa sambungan tersebut kemudian dipangkas agar lebih lebih efisien.

Tetapi temuan yang diterbitkan jurnal Nature Neuroscience menegaskan bahwa ledakan pertumbuhan saraf terjadi untuk kedua kalinya tepat menjelang pubertas. Puncaknya adalah saat usia sekitar 11 tahun untuk anak perempuan dan 12 tahun untuk anak laki-laki. Perkembangan ini diperkirakan terus berlanjut hingga usia 25 tahun. Beberapa perubahan kecil juga tetap berlangsung seumur hidup.

3. Memiliki Kemampuan Berpikir yang Baru
Karena meningkatnya sambungan saraf, otak remaja jadi lebih efektif dalam mengolah informasi. Remaja mulai memiliki kemampuan komputasi dan belajar mengambil keputusan layaknya orang dewasa.

Sayangnya, remaja masih terlalu dipengaruhi oleh emosi karena otaknya lebih mengandalkan sistem limbik yang mengedepankan emosi ketimbang korteks prefrontal yang mengolah informasi secara rasional.

4. Rewel Kepada Orangtua
Remaja berada di tengah kesenangan memperoleh keterampilan baru yang luar biasa, terutama yang berkaitan dengan perilaku sosial dan pemikiran abstrak. Tapi karena belum pandai menggunakan, remaja harus melakukan percobaan. Terkadang orangtuanya sendiri dijadikan sebagai kelinci percobaan.

Banyak remaja melihat konflik sebagai sarana untuk mengekspresikan diri dan mengalami kesulitan untuk berfokus pada hal-hal abstrak atau memahami sudut pandang orang lain. Pada dasarnya remaja masih membutuhkan orangtuanya dengan kematangan emosional agar membantunya tetap tenang.

5. Gejolak Emosi yang Intens
Masa pubertas merupakan awal dari perubahan besar dalam sistem limbik, yaitu bagian otak yang tidak hanya membantu mengatur detak jantung dan kadar gula darah, tetapi juga penting untuk membentuk memori dan emosi. Selama masa remaja, sistem limbik lebih banyak mendominasi dibandingkan korteks prefrontal yang berhubungan dengan kemampuan perencanaan, pengendalian dorongan dan daya nalar yang lebih tinggi.

Bersamaan dengan perubahan hormonal, dampak dominasi sistem limbik ini membuat emosi yang dialami terasa lebih intens, misalnya kemarahan, ketakutan, agresi, kegembiraan dan daya tarik seksual.

6. Sangat Memperhatikan Kata Teman
Karena remaja mulai mampu berpikir abstrak, kecemasan sosialnya pun meningkat. Demikian menurut penelitian yang dimuat jurnal Annals of New York Academy of Sciences. Penalaran yang abstrak memungkinkan remaja memperhatikan bagaimanakah dirinya dilihat oleh orang lain.

Remaja dapat menggunakan keterampilan baru untuk memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya. Itulah mengapa remaja sangat mendengarkan pendapat temannya. Namun di sisi lain, teman juga membantu para remaja mempelajari keterampilan baru seperti negosiasi, kompromi dan perencanaan kelompok.

7. Tak Pandai Mengukur Risiko
Kewaspadaan remaja bisa dibilang lambat bergarak karena dominasi sistem limbik yang mengedepankan emosi. Akibatnya remaja memiliki toleransi risiko yang lebih tinggi dibanding orang dewasa. Secara keseluruhan, perubahan ini dapat membuat remaja rentan terlibat perilaku berisiko seperti mencoba narkoba, terlibat perkelahian atau perilaku lain yang tidak aman.

8. Membutuhkan Figur Orangtua
Sebuah survei terhadap remaja mengungkapkan bahwa 84 persen remaja memikirkan ibunya dan 89 persen memikirkan ayahnya. Lebih dari tiga perempat remaja suka menghabiskan waktu bersama orangtuanya. Sebanyak 79 persen senang bercengkrama dengan ibu dan 76 persen dengan ayah.

Remaja masih membutuhkan orangtuanya untuk mempelajari bagaimanakah hidup mandiri dan menyiapkan diri untuk membentuk rumah tangganya sendiri.

9. Butuh Tidur Lebih Banyak
Mitosnya adalah remaja lebih banyak membutuhklan waktu tidur ketimbang saat masih kanak-kanak. Namun sebenarnya kebanyakan masalah tidur yang dialami remaja adalah pergeseran ritme sirkadian selama masa remaja. Remaja cenderung bangun siang namun terjaga sampai larut malam.

Ditambah banyaknya kegiatan, banyak remaja akhirnya sampai kurang tidur. Akibatnya dapat memperburuk pengambilan keputusan. Tidur yang cukup dapat membantu otak remaja bekerja lebih optimal.

10. Narsis
Perubahan hormon saat pubertas berdampak besar bagi otak, salah satunya adalah memacu reseptor oksitosin diproduksi lebih banyak. Oksitosin meningkatkan kepekaan sistem limbik dan berkaitan dengan perasaan kesadaran diri, sehingga membuat remaja merasa seolah-olah ada orang yang mengawasi

Hal ini mungkin membuat remaja jadi tampak egois. Di sisi lain, perubahan hormon dalam otak remaja ini juga dapat membuat remaja menjadi lebih idealis. Sampai otaknya berkembang untuk menghadapi isu-isu yang bersifat abu-abu, remaja cenderung berpikir secara sepihak.






source: health.detik.com

Hasil Praktikum Isolasi DNA Buah Pisang

 Laporan Praktikum Isolasi DNA Buah Pisang Diajukan Untuk Memenuhi Laporan Praktikum Mata Pelajaran Biologi Disusun Oleh: Syahra Alifia (0...